Minggu, 04 Agustus 2013

Kunci itu bernama "bersyukur"

Sekedar share cerita di buku yang lupa judulnya apa, yang jelas pas baca dalam keadaan  iseng baca. Sederhana kisahnya, tapi Insya Allah menabur ribuan hikmah.

Ada si kaya dan si miskin menemui Baginda Rasulluallah.
Rasulluallah ditanya oleh si Miskin,  'bagaimana cara agar hidup bahagia ya Rasul? Jawab Rasulluallah, "bersyurlah niscaya kau akan diberi tambahan nikmat berlipat dan masuk surga bersama orang-orang shaleh". Seru si miskin dengan nada menantang,"bagaimana aku bisa bersyukur Ya Rasul, bila hidupku serba kekurangan, makan untuk esok ini saja aku belum tentu bisa". Maka sampai akhir hidupnya Allah tak akan memberi nikmat karena kurangnya bersyukur, maka hidupnya Allah  tetap menggariskan kemiskinan dan kemelaratan. Manusia memang cenderung untuk melupakan nikmat sebutir debu.
Beberapa waktu kemuadian, datang si kaya menemui Baginda Rasul saw dan bertanya sama seperti si miskin,"bagaimana hidup bahagia ya Rasul dengan keadaan harta ku yang berlimpah?" Rasul pun menjawab dengan jawaban yang sama seperti si miskin,"bersyukurlah dengan apa yang kau punya, Allah menjamin surganya." Si kaya menjawab dengan nada optimis, "Sudah ya Rasul, aku mensyukuri nikmat yang diberikan dengan bersedekah dan aku menggunakan amanah rezeki ini dengan sebaik-baiknya. Tapi Allah terus mengaliri rezeqi ini Ya Rasul, bagaimana dengan umat yang lain?" Rasulullah hanya menjawab dengan jawaban yang sama"bersyukurlah dan bersyukurlah". Allah tetap mengaliri aliran kehidupannya dengan rezeqi yang terus bercucuran sepanjang akhir perjalannya. Kebahagian akibat dari bersyukur yang tak pernah lalai.
Intinya :
Kunci hidup adalah bersyukur, bila sudah menjalankan ini maka perbuatan akan sesuai dengan garis syari'ah. Allah maha melihat segala apa yang di lakukan hambanya. Allah membalas semua perbuatan hambanya dengan segala nikmat dan anugrah-Nya. Banyak kisah disekitar kita, orang kaya hidupnya tambah kaya itu disebabkan karena mampu mengemban amanah Tuhan berupa rizqi yang berlimpah digunakan dengan semestinya dan diimbangi dengan bersyukur. Berbeda dengan si miskin semakin lama semakin miskin, mereka lupa mensyukuri setiap nikmat sebutir debu, bagaimana bila diemban amanah rezeqi berlimpah? pasti sudah semakin khilaf. 
Bersykurlah pada yang kuasa, cinta di dunia selamanya(potongan laskar pelangi-song)

Kehilangan selembar, menumbuhkan seribu kedewasaan.

Assalamualaikum, blogger
long time no see, disibukkan dengan akhir semester kuliah. Preapare ujian akhir semester 4 dan kehilangan. Tahu ga si? musibah memang ga bisa diprediksi. Kehilangan yang bikin pusing kepayang. Birokrasi negeri ini memang rumit. hmmm maksudnya apa sih! bawa-bawa birokrasi segala.
Yaaah, awalnya ikutan semester pendek. Tujuan ikud ini agar mempercepat masa studi di kampus. Niat baik bukan, selain mengurangi budged kuliah juga prioritas buat mempercepat pendaftaran calon mahasiswa magister. Ciiiee Amien ya rabb. Biarlah orang bilang mimpi gua tinggi. Nothing Impossible itu miissi gua.Hidup cuma sekali harus berarti donk. 
Lanjut ke masalah topik yaitu "kehilangan". Setelah ada pendaftaran SP, langsung gua daftar di bank Mnadiri cabang UA(dulu unair) dengan antree yang cukup lama. Setelah pembayaran di loket mobil Mandiri pastinya diberi struk pembayaran setor kan? Bukti ini langsung gua taruh di dompet. Long time, ada atttention dari kanca-kanca kuliah, kalo pengambilan KRS SP bakal dibuka beberapa hari ini. Yang bikin shock, syarat pengambilannya, berbeda seperti pengambilan KRS Semester Panjang, syaratnya harus ada bukti pembayaran dan KTM.  Langsung jantung mulai mau copot, perut mules inget peristiwa ini 
(Kemarin malamnya ada ponaaan nginep di rumah. So, kamar berantakan sudah jadi langganan. gua eman ga bisa liad kamar seperti kapal pecah. jadi otomatis tangan gerak buat bersihin kamar. Pas bersihin meja, liad dompet kok isinya tebel banget. eh ternyata, pas dibuka isinya bukan duitnya yang tebel. Tapi bekas-bekas struk belanja bulanan di mini market, makan pas hangout sama temen. hehheh....Langsung deh, abis bersikan kamar berlanjut bersihkan isinya dompet yang ga penting termasuk struk pembayaran setor SP di Mandiri. Alamaaat)
Setelah dapat kabar burung ada pembagian KRS itu, langsung buru-buru pulang. Ngecek sampah di kamar. Eh, pas pulang ternyata, ponaan gua sudah pulang, alamat pasti kamar sudah bersih dan sampah di kamar sudah dibuang di counter sampah depan rumah. huuuu, sedihnya Masya Allah. Kertas selembar itu berharga sekali ya, bahkan kalo ga bisa ambil, pasti ga bisa ujian. Kertas itu menentukan masa depan gua.Kehilangan bentuk masalah baru yang ada di depan mata di bulan ini. Caranya, ya diatasi semua. Jangan panik
Share cara mengurus kehilangan bukti pembayaran kuliah buat ambil KRS di FEB UA( Unair)

1)Pertama, datanglah ke bank tempat anda membayar. Mintalah bukti pembayaran, karena bank punya data base semua transaksi. Bila membayar di bank kampus biasanya ga bisa diberi bukti pembayaran. Tapi dihimbau ke rektorat bagian keuangan.
2)Rektorat akan memberi tata cara bagaimana prosedur dan berkas yang perlu dipersiapkan.
3)Kunjungi bagian kemahasiswaan fakultas, untuk mengambil surat kehilangan dari kampus rujukan ke kepolisian.
4)Kunjungi polres setempat minta surat kehilangan. Disini diminta berbagai data tentang diri anda. Nama, alamat, nomor telphone, nim, tempat kehilangan, jam kehilangan dan sebagainya.
5)Kunjungai kantor manajemen UA, lantai 2 bagian keuangan di kampus c Mulyorejo. disana antree ditempat tunggu yang tersedia, setelah dipangggil kemuadian menyerahkan surat kehilangan dari kepolisian dan pihak sana akan memberi printout keuangan, apakah sudah membayar atau tidak sebagai rujukan saat pengambilan KRS SP. Dilengkapi tanda tangan dan stempel rektorat.

Finally, kertas itu ada ditangan gua. Tandanya aku sudah melalui sungai yang deras dan sampai tujuan ku buat ambil KRS SP. Bebas rintangan dan kendala. Eh, Allah masih memberi rintangan lagi. Keesokan harinya, gua ke akademik fakultas. Eh, mb pengambilan KRS SP susulan belum ada. Tunggu info selanjutnya. Masya Allah, tunggu kapan lagi ya? Tiap hari ke akademik, jawabannya masih seperti itu. Berhari-hari saya nanya jawabannya, masih sama. Karena sudah bosan dengan itu, beberapa hari saya ga ke akademik, karena saya rasa masih lama. Eh, pas hari Rabo ngintip akademik kok rame banget, ternyata ada pembagian KRS SP gelombang 2. Lagi-lagi ga bawa print out dari rektorat. Begok sekali saya, kembali ke rumah waktu itu juga, padahal jam itu ada kuliah perkotaan. Memang gila, rasanya kebodohan ini. 
Hikmat setiap kejadian itu selalu ada. Panik buka solusi terbaik. Jalanlah selagi tangan dan kaki ini berfungsi. Inilah proses pendewasaan diri. Andai aja gua lebih rajin simpen barang, pasti ga bakal ada cerita ini. Andai aja gua tiap hari ke akademik sampai hari H pengambilan KRS SP, pasti ga bolak balik pulang kedua kalinya dan ga bakal tinggalin kuliah. Andai aja, pas bersih-bersih dompet ga buang semua isi struk dompet, pasti ga bakal terjadi. Tapi cerita tuhan itu indah. Inilah kisah ku disemester ini. Harapannya musibah kehilangan KRS SP ini berbuah manis di KHS SP. Inilah kisahku. :)