Minggu, 18 Januari 2015

Memetik Nilai-Nilai Tarbiyah Islam dalam Film AB

          31 Desember 2014 keluarga kami kehilangan satu personilnya, abah (baca :ba) ada agenda umroh. Jadi kami ber tiga, saya adik dan mam harus merayakan tahun baru sendirian. Tahun baru 2015 kami nonton di 21 Assalamualaikum Bejing, Tunjungan yang versi Night. Nonton dimulai dari jam 9 malam dan berakhir sekitar pukul 11 malam. Berasa seperti bioskop sendiri.
          Ada banyak hikmah yang dapat dipetik dari nonton AB (Assalamualaikum Bejing) karya mbak Asma Nadia. Padahal sebelum film tayang, sudah pengen baca novelnya. Entah belum kesempatan, malah keduluan filmnya. Meskipun beberapa orang yang mengkritik, bila versi film AB konon tak banyak memberikan nilai-nilai tarbiyahnya, berbeda dengan dengan versi novel yang memberi nilai Islam yang benar-benar kental. Tapi, saya pribadi sebagai penonton AB yang versi film bisa meraba unsur nilai-nilai Tarbiyah Islam yang diselipkan dalam media film. Berikut ini saya jabarkan:

1) Allah-lah sang sutradara terbaik di jagat raya. Dialah pemilik dan pengatur segalanya dimuka bumi ini. Kisah cinta segi tiga antara asmara, zhingwen dan dewa berakhir, ketika Allah menguji dengan penyakit pada Asmara. Musibah yang diberikan Allah pada hambanya kadang solusi terbaik yang membuka tabir pada hambanya untuk melihat jawaban atas kehidupan kedepan. Saya benar-benar merasa bahwa penyakit yang diturunkan Asmara akan melihat ketangguhan lelaki yang menjadi pilihannnya.

2)Mencintai seseorang dengan sempurna, tak harus pada fisik yang sempurna pula. Film ini benar-benar menggugah pikiran saya, seorang zhongwen sanggup menikahi perempuan yang bisu dan buta. Zhongwen meyakini bahwa kecantikan fisik apabila digunakan parameter untuk mencintai seseorang akan rusak cinta ini, bahwasanya kecantikan manusia akan pudah dimakan umur.

3)Pernikahan Zhongwen dan Asma mengingatkan saya kembali atas hadits Nabi Muhammad saw yang menyebutkan "nikahilah perempuan karena kecantikannnya, kekayaannnya, keturunannya dan agamanya. Dari keempat tersebut utamakanlah Agamanya". Zhongwe memilih Asmara benar-benar sesuai dengan isyarat hadits tersebut. Menikahlah karena agamanya.  Zhongwen meyakini menikah dengan Asmara akan membimbingnya pada jalan Agama yang baru saja ia peluk. Zhongwen percaya ketenangan hidup diperoleh dengan menyentuh dengan ajaran agama, sehingga dia memperoleh ketenangan batin. Zhongwen juga percaya pernikahan dengan asmara sosok gadis yang telah menuntunnya hingga memperoleh hidayah sehingga akan menerangi kehidupannnya dengan tuntunan ajaran cahaya-cahaya Islam.

Finally, saya mendapat pencerahan di tahun baru ini. Rabbi, la tadzarni waanta khairul warisi. Entah itulah doa yang saya selipkan dalam sholat saya semenjak SMA. Semoga Allah memberikan yang seorang yang terbaik dan diwaktu yang tepat. Amin


Jumat, 16 Januari 2015

Finally, skripsi coming!

          Waktu itu cepet banget ya. Akhirnya pada semester 7 tepat pertengahan 2014 kemarin, judul skripsi nadiya  diterima. Bersyukur banget rasanya, Allah kasih waktu yang lebih mendahului dari waktu aslinya. Meskipun seluk-beluk mikir judul skripsi panjang banget dan sering kali ganti topik karena masih ragu atas ini-itu. Berawal dari judul "Permintaan Kontrasepsi di Surabaya", setelah konsultasi di beberapa dosen masih saja dikritik" itu terlalu kesehatan masyarakat nak, kamu itu kuliah di studi pembangunan, tidak ada unsur ekonomi sama sekali," begitulah tuturnya. Padahal judul skripsi itu saya dapat dari jurnal studi pembangunan, toh saya juga menganalisis permintaannya dari segi mikro. Entahlah, saya akhirnya merelakan judul itu pergi. 
          Masih saja, saya terus mencari judul sekiranya recommended dengan pemikiran saya. Akhirnya, saya menemukan topik baru yang berhubungan dengan angka harapan hidup di Indonesia. Memang judul saya agak horor, penelitian tersebut melihat apa yang menyebabkan angka harapan hidup di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun. Apa sih yang menyebabkan orang Indonesia panjang umur itulah rumusan penelitiannya. Nah,pasti orang yang bukan dari studi pembangunan pasti akan terheran-heran, jurusan ekonomi membahasanya begituan. Sekali lagi studi pembangunan jurusan yang goalsnya untuk memberikan kesejahteraan masyarakat melalui berbagai aspek, yang tidak melulu berhubungan dengan pendapatan. Kesejahteraan bagi masyarakat sangat luas, bisa berhubungan dengan kesehatan, pendidikan dan sebagainya. Saat itu dirasa pas semuanya, akhirnya bikin deh praproposal. Tak sampai sana perjuanganya, masih saja kurang pas saat proposal jadi, alasannya cuma ad penelitian dengan judul serupa di katalog perpustakaan. Finally, batal judul kedua.
          Masih menyerah? No, masih banyak jalan menuju roma, pikirku. Iseng-iseng saya googling di ruang baca FEB ketik fertilitas. Dari kata kunci tersebut saya telusuri satu demi satu hingga halaman ke 5. Saya baca jurnal-jurnal Indonesia hingga asing. Hasil dari membaca 5 halaman Google hanya 1 penelitian Indonesia yang membahas tentang Fertilitas dengan menggunakan data SUSENAS KOR. Itulah yang membuat semakin mantap dengan pilihan Fertilitas dengan data mikro SUSENAS. Akhirnya saya pelajari penelitian tersebut, saya pinjem buku-buku di ruang baca dan perpustakaan kampus A dan B Universitas Airlangga. Proposal pun segera dibuat dan dicek berkali-kali, karena kemantapan ada penelitian serupa yang membuat saya tak ragu lagi untu maju di departeman Ilmu Ekonomi. Beranikan diri dengan nekat menemui sekretaris departemen, finally ACC untuk judul itu, tak ada koreksi kesalahan sama sekali. Langsung kesokan harinya saya maju ke ketua departemen untuk ACC kedua, tak ada juga komentar dari ibu kadep.
          Syukurlah, Allah memudahkan segalanya. Skripsi akhirnya datang didepan mata. Ayo kerjakan, masa depan mu sudah di depan mata. Segeralah jemput SE. Majulah tanpa melihat komentar takut dari kanan kiri mu. Sesungguhnya semuanya bergantung dari langkah mu.