Perekonomian global tahun 2011 menggambarkan keadaan 
yang terpecah-pecah. Banyak kejadian yang berdampak pada ketidakstabilnya 
perekonomian negara dunia. Mulai negara terbelakang, berkembang hingga 
maju terciprat imbas dari krisis global. Gejolak krisis perekonomian 
global diawali bencana banjir di Thailand menyebabkan harga beras Thailand 
melambung, gempa di Jepang menimbulkan beberapa sektor industri dan 
peniagaan terhambat, goyangnya politik di Negara Timur Tengah sehingga 
berimbas pada kenaikan harga minyak dunia. Sepanjang pertengahan tahun 
2011, disusul dengan masalah berat yaitu drama krisis sektor keuangan 
yang terjadi pada kawasan Amerika dan Eropa.
Hampir diseluruh negara dunia merasakan dampak dari 
krisis global ini. Banyak proyek-proyek besar tumbang dan perbankan 
gulung tikar. Tapi istimewanya ditengah badai menimpa, Indonesia termasuk 
katagori dalam benteng yang kuat. Hal ini dibuktikan dengan tingkat 
pertumbuhan ekonomi tahun 2011 mencapai 6,5% dan dibarengi level inflasi 
3,79%. Pemerataan pendapatan didaerah tersebar disusul penurunan pengangguran. 
Bukti pertahanan yang kuat bukan berarti negara kita bebas dari segala 
ancaman krisis global. Infrastruktur yang belum sempurna, rumitnya politik 
dan kasus korupsi masih banyak lagi masalah yang menjadi fokus pemimpin 
negeri ini. 
Banyak faktor yang diupayakan pemerintah untuk menangkal 
krisis, sehingga dampak krisis tak terlalu dirasakan masyarakat luas. 
Upaya yang dilakukan pemerintah diantaranya dengan instrumen kebijakan 
fiskal, moneter, pengutan sektor rill dan sebagainya. Diantara kebijakan 
yang di keluarkan pemerintah, sektor rill mendapat perhatian tersendiri. 
Hal ini karena sektor rill memiliki peranan yang paling krusial dalam 
pertumbuhan ekonomi untuk menstimulus dinamisasi ekonomi. Apabila dicermati 
secara dalam, sektor rill berimplikasi pada 2 hal. Pertama, sektor rill adalah 
sektor yang paling kuat menghantam badai krisis, karena kurang terlibat 
dalam pasar keuangan. Mengingat kembali krisis tahun 1998 dengan inflasi 
yang sangat tajam 77,63%, level tertinggi pada 25 tahun terakhir bisa 
bertahan pada sektor rill dari pada sektor nonrill. Kedua, market share dinegara 
berkembang lebih berpotensi unggul. Hal ini dilatarbelakangi jumlah 
penduduk Indonesia yang banyak. Potensi besar ini menjadi modal utama 
untuk membentuk basis fundamental perekonomian yang kokoh. 
Berdasarkan pernyataan Bapak Susilo Bambang Yudoyono dalam sidang paripurna Kabinet Indonesia 
Bersatu tahun 2011 lalu menyatakan bahwa di tengah krisis dunia 
yang telah membuat panik seluruh negara dunia terdapat 3 sektor yang 
dapat mendorong pertumbuhan perekonomian Indonesia agar tetap stabil. 
Sektor tersebut adalah sektor pariwisata, ekonomi kreatif dan tenaga 
kerja yang bekerja di luar negeri. Ekonomi kreatif yang dimaksud disini 
adalah sektor rill berupa Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). UMKM sangat 
berpotensi menjadi penyelamat krisis dan telah memberikan kontribusi 
pada Produk domestik Bruto (PDB) sebanyak 6%. UMKM adalah salah satu 
pilar perekonomian Indonesia yang menjadi titik awal bagi pengembangan 
usaha alternatif yang melibatkan rakyat luas, ditengah sikap pesimis 
yang melanda banyak kalangan. Apalagi dalam penerapan pengembangan ekonomi 
lokal, Indonesia sebagai negara yang 
kaya akan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang melipah. Dibuktikan 
dengan Indonesia terletak pada jalur garis khatulistiwa sehingga beriklim 
tropis, banyaknya gunung berapi dan banyaknya jumlah penduduk Indonesia 
sekitar 220 juta jiwa yang terletak pada urutan ke-3 dunia. Kedua keunggulan komparatif yang di miliki 
negara kita seharusnya bisa disatukan  dan  digunakan secara efektif. 
Apabila dikorelasikan dengan baik, seharusnya bisa menghasilkan produk 
yang dapat bersaing dengan produk domestik maupun internasional.
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah 
(UMKM) telah menjadi penyelamat negara kita di tengah krisis. Bukan 
berarti sudah tak ada kendala pada UMKM. Masih banyak kendalan yang 
dihadapi UMKM, diantaranya yaitu masih kurangnya jiwa entrepreneur di kalangan masyarakat kita, terutama kaum muda. Kaum muda masih 
menganggap bahwa menjadi wirausaha memiliki risiko tinggi, penghasilan 
tidak menentu dan tak menjamin masa depan. Indonesia bangsa yang besar 
hanya memiliki 0,24 persen yang jadi wirausaha. Kita tertinggal dengan 
negara tetangga kita yaitu malaysia 3 persen penduduknya yang berwirausaha, 
disusul Tiongkok 10 persen, Singapura 7,2 persen.  Menengok rahasia 
negeri sakura yaitu Jepang yang selama ini menjadi negara maju disebabkan 
karena banyaknya wirausahawan, padahal Jepang negara yang tak sekaya 
negara kita sumber daya alamnya. Keberhasilan pembangunan yang dicapai 
oleh negara Jepang ternyata disponsori  oleh wirausahawan yang 
telah berjumlah 2% tingkat sedang, berwirausaha kecil sebanyak 20% dari 
jumlah penduduknya. Inilah kunci keberhasilan pembangunan negara Jepang. 
(Heidjrachman Ranu p., 1982: 12). Menurut pernyataan yang bersumber 
dari PBB pun menyatakan bahwa suatu negara akan mampu membangun negaranya 
apabila memiliki wirausahawan sebanyak 2% dari jumlah penduduknya. Apabila 
penduduk negara kita kurang lebih 200 juta jiwa, maka wirausahawannya 
harus lebih kurang sebanyak 4 juta. Jika negara kita harus menyediakan 
3 juta wirausahawan besar dan sedang, maka kita masih harus mencetak 
30 juta wirausahawan kecil. Hal ini merupakan peluang untuk menantang 
generasi muda kita untuk berinovasi mengadu keterampilan membina wirausahawan 
dalam rangka turut berpartisipasi membangun negara.
Sejalan dengan pertumbuhan penduduk, 
jumlah generasi muda diprediksikan akan terus berkembang dari tahun 
ke tahun. Para ahli memprediksi bahwa jumlah generasi muda pada tahun 
2020 akan mencapai 134 juta jiwa, sedangkan jumlah penduduk di perkirakan 
tahun tersebut mencapai 256 jiwa. Berarti jumlah generasi muda di tahun 
2020 setengah dari penduduk. Banyaknya jumlah generasi muda merupakan 
sebuah peluang besar. Generasi muda adalah pewaris bangsa yang seharusnya 
juga turut berpartisipasi dalam memajukan bangsa Indonesia. Sudah 67 
tahun Indonesia merdeka, masih saja negara ini berstatus negara berkembang. 
Mari kita bangun Indonesia dimulai dengan tahap yang sederhana yaitu 
mendorong generasi muda kita untuk menjadi seorang entrepreneur. Dengan berwirausaha berarti kita menjalankan proses dinamik untuk 
menciptakan tambahan kemakmuran. Masyarakat yang berwirausaha berarti 
ikut mendorong pembangunan negara kita. Dengan kata lain, bahwa untuk 
menjadikan jumlah penduduk yang besar menjadi modal pembangunan adalah 
melalui kewiraswastaan. (Suparman Sumahamijaya, 1981:10). Wirausahawan 
merupakan bahan bakar pertumbuhan ekonomi masyarakat, karena ia memiliki 
kemampuan berpikir dan bertindak produktif. Pertumbuhan wirausahan berkorelasi 
tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi, karena lapangan kerja akan terbuka, 
pendapatan masyarakat meningkat, daya beli masyarakat melambung, output 
akan terjual, sehingga roda perekonomian kita berjalan.
Soekarno dalam pidatonya berkata,“Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut 
semeru dari akarnya, berikan aku 1 pemuda, niscaya akan kuguncangkan 
dunia”. Pidato tersebut memiliki arti mendalam, generasi muda adalah 
sumber harapan masa depan. Generasi muda selalu terus mencari sesuatu 
yang baru, berkreasi, berinovasi, etos kerja tinggi, fisik yang kuat, 
dan masih banyak lagi kelebihan generasi muda yang bisa melakukan tindakan 
apa saja untuk merubah dunia menjadi lebih baik. Ini sebuah peluang 
untuk mengembangkan jiwa entrepreneur anak muda untuk belajar berwirausaha sejak bangku 
sekolah maupun di tingkat perguruan tinggi.
Banyak wadah social entrepreneur yang ikut membantu anak muda Indonesia 
bergelut di dunia bisnis. Mulai dari masalah modal hingga menumbuhkan skill dalam 
bentuk pelatian. Miasalnya  Kredit Usaha Rakyat (KUR) menyediakan dana 
sebesar Rp 20 triliun per tahun, dan akan ditingkatkan menjadi Rp30 
Triliun tahun depan. Bahkan universitas yang bisa dibilang sebagai intellectual community 
juga sekarang mulai berperan dalam mendorong terciptanya social entrepreneur. Pihak 
universitas mulai memberikan pendidikan yang menyeluruh bagi para mahasiswanya. 
Peran universitas dalam pemberdayaan entrepreneur tersebut 
kalau diperhatikan, tampaknya mendapat perhatian yang cukup dari Dikti. 
Hal tersebut bisa diketahui dari adanya program dana hibah dari Dikti 
untuk universitas-universitas di Indonesia terkait mengaplikasikan entrepreneurship dan sebuah peluang untuk mendapatkan suntikan modal guna untuk memulai 
usaha.
Masih menunggu apa lagi untuk memulai menjadi wirausahawan. 
Banyak keuntungan yang dapat diperoleh untuk menjadi seorang wirausahawan 
bagi diri sendiri maupun untuk kemajuan bangsa. Melihat fakta tentang 
birokrasi dan sistem kerja perusahaan di Indonesia yang tak lagi menjanjikan 
masa depan. Contohnya adanya sistem kontrak pegawai, upah yang rendah, 
rumitnya pelamaran kerja dan masih banyak lagi. Mulailah dengan selangkah 
seperti membuka usaha kecil mikro menengah karena karakteristiknya lebih 
fleksible. Apabila proses seperti ini telah terakumulasi secara kontinyu, 
maka bukan suatu yang tak mungkin jika sebuah krisis akan datang dapat 
direduksi melalui peranan generasi muda untuk bergelut di dunia kewirausahaan.
Artikel ini pernah diikudsertakan penulis blog k HR(hatta rajasa)writingcompetisn