Kamis, 04 April 2013

Peluang Indonesia di Tengah Krisis Global “ Bangkitkan Semangat Entrepreneur Generasi Muda untuk Kemajuan Indonesia”

Perekonomian global tahun 2011 menggambarkan keadaan yang terpecah-pecah. Banyak kejadian yang berdampak pada ketidakstabilnya perekonomian negara dunia. Mulai negara terbelakang, berkembang hingga maju terciprat imbas dari krisis global. Gejolak krisis perekonomian global diawali bencana banjir di Thailand menyebabkan harga beras Thailand melambung, gempa di Jepang menimbulkan beberapa sektor industri dan peniagaan terhambat, goyangnya politik di Negara Timur Tengah sehingga berimbas pada kenaikan harga minyak dunia. Sepanjang pertengahan tahun 2011, disusul dengan masalah berat yaitu drama krisis sektor keuangan yang terjadi pada kawasan Amerika dan Eropa.
Hampir diseluruh negara dunia merasakan dampak dari krisis global ini. Banyak proyek-proyek besar tumbang dan perbankan gulung tikar. Tapi istimewanya ditengah badai menimpa, Indonesia termasuk katagori dalam benteng yang kuat. Hal ini dibuktikan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi tahun 2011 mencapai 6,5% dan dibarengi level inflasi 3,79%. Pemerataan pendapatan didaerah tersebar disusul penurunan pengangguran. Bukti pertahanan yang kuat bukan berarti negara kita bebas dari segala ancaman krisis global. Infrastruktur yang belum sempurna, rumitnya politik dan kasus korupsi masih banyak lagi masalah yang menjadi fokus pemimpin negeri ini.
Banyak faktor yang diupayakan pemerintah untuk menangkal krisis, sehingga dampak krisis tak terlalu dirasakan masyarakat luas. Upaya yang dilakukan pemerintah diantaranya dengan instrumen kebijakan fiskal, moneter, pengutan sektor rill dan sebagainya. Diantara kebijakan yang di keluarkan pemerintah, sektor rill mendapat perhatian tersendiri. Hal ini karena sektor rill memiliki peranan yang paling krusial dalam pertumbuhan ekonomi untuk menstimulus dinamisasi ekonomi. Apabila dicermati secara dalam, sektor rill berimplikasi pada 2 hal. Pertama, sektor rill adalah sektor yang paling kuat menghantam badai krisis, karena kurang terlibat dalam pasar keuangan. Mengingat kembali krisis tahun 1998 dengan inflasi yang sangat tajam 77,63%, level tertinggi pada 25 tahun terakhir bisa bertahan pada sektor rill dari pada sektor nonrill. Kedua, market share dinegara berkembang lebih berpotensi unggul. Hal ini dilatarbelakangi jumlah penduduk Indonesia yang banyak. Potensi besar ini menjadi modal utama untuk membentuk basis fundamental perekonomian yang kokoh.
Berdasarkan pernyataan Bapak Susilo Bambang Yudoyono dalam sidang paripurna Kabinet Indonesia Bersatu tahun 2011 lalu menyatakan bahwa di tengah krisis dunia yang telah membuat panik seluruh negara dunia terdapat 3 sektor yang dapat mendorong pertumbuhan perekonomian Indonesia agar tetap stabil. Sektor tersebut adalah sektor pariwisata, ekonomi kreatif dan tenaga kerja yang bekerja di luar negeri. Ekonomi kreatif yang dimaksud disini adalah sektor rill berupa Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). UMKM sangat berpotensi menjadi penyelamat krisis dan telah memberikan kontribusi pada Produk domestik Bruto (PDB) sebanyak 6%. UMKM adalah salah satu pilar perekonomian Indonesia yang menjadi titik awal bagi pengembangan usaha alternatif yang melibatkan rakyat luas, ditengah sikap pesimis yang melanda banyak kalangan. Apalagi dalam penerapan pengembangan ekonomi lokal, Indonesia sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang melipah. Dibuktikan dengan Indonesia terletak pada jalur garis khatulistiwa sehingga beriklim tropis, banyaknya gunung berapi dan banyaknya jumlah penduduk Indonesia sekitar 220 juta jiwa yang terletak pada urutan ke-3 dunia. Kedua keunggulan komparatif yang di miliki negara kita seharusnya bisa disatukan dan  digunakan secara efektif. Apabila dikorelasikan dengan baik, seharusnya bisa menghasilkan produk yang dapat bersaing dengan produk domestik maupun internasional.
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) telah menjadi penyelamat negara kita di tengah krisis. Bukan berarti sudah tak ada kendala pada UMKM. Masih banyak kendalan yang dihadapi UMKM, diantaranya yaitu masih kurangnya jiwa entrepreneur di kalangan masyarakat kita, terutama kaum muda. Kaum muda masih menganggap bahwa menjadi wirausaha memiliki risiko tinggi, penghasilan tidak menentu dan tak menjamin masa depan. Indonesia bangsa yang besar hanya memiliki 0,24 persen yang jadi wirausaha. Kita tertinggal dengan negara tetangga kita yaitu malaysia 3 persen penduduknya yang berwirausaha, disusul Tiongkok 10 persen, Singapura 7,2 persen. Menengok rahasia negeri sakura yaitu Jepang yang selama ini menjadi negara maju disebabkan karena banyaknya wirausahawan, padahal Jepang negara yang tak sekaya negara kita sumber daya alamnya. Keberhasilan pembangunan yang dicapai oleh negara Jepang ternyata disponsori  oleh wirausahawan yang telah berjumlah 2% tingkat sedang, berwirausaha kecil sebanyak 20% dari jumlah penduduknya. Inilah kunci keberhasilan pembangunan negara Jepang. (Heidjrachman Ranu p., 1982: 12). Menurut pernyataan yang bersumber dari PBB pun menyatakan bahwa suatu negara akan mampu membangun negaranya apabila memiliki wirausahawan sebanyak 2% dari jumlah penduduknya. Apabila penduduk negara kita kurang lebih 200 juta jiwa, maka wirausahawannya harus lebih kurang sebanyak 4 juta. Jika negara kita harus menyediakan 3 juta wirausahawan besar dan sedang, maka kita masih harus mencetak 30 juta wirausahawan kecil. Hal ini merupakan peluang untuk menantang generasi muda kita untuk berinovasi mengadu keterampilan membina wirausahawan dalam rangka turut berpartisipasi membangun negara.
Sejalan dengan pertumbuhan penduduk, jumlah generasi muda diprediksikan akan terus berkembang dari tahun ke tahun. Para ahli memprediksi bahwa jumlah generasi muda pada tahun 2020 akan mencapai 134 juta jiwa, sedangkan jumlah penduduk di perkirakan tahun tersebut mencapai 256 jiwa. Berarti jumlah generasi muda di tahun 2020 setengah dari penduduk. Banyaknya jumlah generasi muda merupakan sebuah peluang besar. Generasi muda adalah pewaris bangsa yang seharusnya juga turut berpartisipasi dalam memajukan bangsa Indonesia. Sudah 67 tahun Indonesia merdeka, masih saja negara ini berstatus negara berkembang. Mari kita bangun Indonesia dimulai dengan tahap yang sederhana yaitu mendorong generasi muda kita untuk menjadi seorang entrepreneur. Dengan berwirausaha berarti kita menjalankan proses dinamik untuk menciptakan tambahan kemakmuran. Masyarakat yang berwirausaha berarti ikut mendorong pembangunan negara kita. Dengan kata lain, bahwa untuk menjadikan jumlah penduduk yang besar menjadi modal pembangunan adalah melalui kewiraswastaan. (Suparman Sumahamijaya, 1981:10). Wirausahawan merupakan bahan bakar pertumbuhan ekonomi masyarakat, karena ia memiliki kemampuan berpikir dan bertindak produktif. Pertumbuhan wirausahan berkorelasi tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi, karena lapangan kerja akan terbuka, pendapatan masyarakat meningkat, daya beli masyarakat melambung, output akan terjual, sehingga roda perekonomian kita berjalan.
Soekarno dalam pidatonya berkata,“Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, berikan aku 1 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia”. Pidato tersebut memiliki arti mendalam, generasi muda adalah sumber harapan masa depan. Generasi muda selalu terus mencari sesuatu yang baru, berkreasi, berinovasi, etos kerja tinggi, fisik yang kuat, dan masih banyak lagi kelebihan generasi muda yang bisa melakukan tindakan apa saja untuk merubah dunia menjadi lebih baik. Ini sebuah peluang untuk mengembangkan jiwa entrepreneur anak muda untuk belajar berwirausaha sejak bangku sekolah maupun di tingkat perguruan tinggi.
Banyak wadah social entrepreneur yang ikut membantu anak muda Indonesia bergelut di dunia bisnis. Mulai dari masalah modal hingga menumbuhkan skill dalam bentuk pelatian. Miasalnya Kredit Usaha Rakyat (KUR) menyediakan dana sebesar Rp 20 triliun per tahun, dan akan ditingkatkan menjadi Rp30 Triliun tahun depan. Bahkan universitas yang bisa dibilang sebagai intellectual community juga sekarang mulai berperan dalam mendorong terciptanya social entrepreneur. Pihak universitas mulai memberikan pendidikan yang menyeluruh bagi para mahasiswanya. Peran universitas dalam pemberdayaan entrepreneur tersebut kalau diperhatikan, tampaknya mendapat perhatian yang cukup dari Dikti. Hal tersebut bisa diketahui dari adanya program dana hibah dari Dikti untuk universitas-universitas di Indonesia terkait mengaplikasikan entrepreneurship dan sebuah peluang untuk mendapatkan suntikan modal guna untuk memulai usaha.
Masih menunggu apa lagi untuk memulai menjadi wirausahawan. Banyak keuntungan yang dapat diperoleh untuk menjadi seorang wirausahawan bagi diri sendiri maupun untuk kemajuan bangsa. Melihat fakta tentang birokrasi dan sistem kerja perusahaan di Indonesia yang tak lagi menjanjikan masa depan. Contohnya adanya sistem kontrak pegawai, upah yang rendah, rumitnya pelamaran kerja dan masih banyak lagi. Mulailah dengan selangkah seperti membuka usaha kecil mikro menengah karena karakteristiknya lebih fleksible. Apabila proses seperti ini telah terakumulasi secara kontinyu, maka bukan suatu yang tak mungkin jika sebuah krisis akan datang dapat direduksi melalui peranan generasi muda untuk bergelut di dunia kewirausahaan.
Artikel ini pernah diikudsertakan penulis blog k HR(hatta rajasa)writingcompetisn

Tidak ada komentar: