Rabu, 04 Maret 2015

Nilai Kehidupan

Tadi malam tanpa disengaja nadiya diskusi dengan abah (baca ba")  tentang kerasnya kehidupan. Memang ba selalu memberikah petuah-petuah bagi anaknya bila ngobrol ringan tetapi isinya berbobot. Berawal dari cerita sahabat ba yang bisa dipetik hikmah bagi kehidupan kita. 

Sebut saja Dia yang menjadi subjek cerita kami berdua. Dia memang dulu seorang yang kaya raya, sering mensodahqohkan titipan Allah tersebut ke ladang amal sebagai bekal akhirat. Rumah mewah, villa mewah dan harta lainnya yang tak bisa disebutkan satu per satu memang pernah dimiliki Dia. Sungguh beruntung kehidupan Dia bukan. Namun, Allah punya cerita sendiri, skenario Allah pun berlaku. Dunia ini beserta alurnya milik Allah. Ketika Allah bilang kun maka fayakun. Apapun itu, bila Allah sudah menetapkan pasti berlaku sudah apa yang Allah kehendaki. 

Dia memang kehidupannya berbeda sekarang. Dia bukanlah seperti dulu yang Allah mempercayainya atas titipan harta dunia. Semua asetnya habis, kehidupannya berubah tak layaknya dahulu lagi. Hutang demi hutang dia lakukan untuk menyambung kerasnya hidup. Dahulu mungkin dia berlimpah harta, tapi sekarang untuk makan saja susah.

Pertanyaannya yang saya ajukan ke ba saat kita berdua diskusi:
Kenapa si dia bisa jatuh miskin padahal dia telah beramal? Apakah Allah tak adil melihat takdir si dia?

Jawabnya simpel dan sederhana kata ba, kuncinya bila dikasih sama Allah itu bersyukur. Saya pun kurang puas dengan jawaban 1 kata tersebut. Bersyukur itu parameternya bagaimana? yang saya ingat pada pelajaran SD dahulu bersyukur itu memelihara dengan baik dan digunakan pada yang semestinya objek tersebut.

Saya pun dijelaskan panjang lebar, bahwasanya bersyukur itu buah dari iklas. apa itu iklas? iklas itu artinya seperti surat al-iklas. Sadar atau tidak selama kita sholat mesti sering baca surat tersebut, yang intinya tentang keesaan, bukan malah membahas tentang iklas. Iklas itu seperti itu yang tidak dibicarakan kembali.

Intinya dari diskusi kami pun ditutup dengan kesimpulan bahwa rejeki yang dititipkan Allah harus disyukuri. Bagaimana menyikapi kasus si Dia dalam studi kasus diatas, dan bagaiman menyikapi titipan harta yang Allah dititipkan? Berikut ini ulasannya:

1)IKLAS yang memiliki 2 makna
artinya diberi rejeki diterima dengan kata syukur penuh nikmat Alhamdulillah.
artinya jika tidak diberi tetap menerima takdir Allah yang diberikan tanpa harus mengeluh kesah.

2)MENGGUNAKAN HARTA TERSEBUT DIJALAN ALLAH
Harta adalah miliki Allah yang dititipkan hambanya didunia. Harta adalah titipan sementara didunia ini. Manusia hidup dilahirkan dari rahim tanpa membawa harta apapun, bahkan kembali di alam kubur juga meninggalkan harta yang telah dimiliki didunia. Sifat harta yang sementara, maka alangkah muliahnya harta digunakan pada jalan yang benar karena Allah lah sang pemiliknya.

3)ISTIQOMAH KERJA KERAS
Islam tidak melarang umatnya untuk bercita-cita menjadi seorang kaya. Bahkan yang pernah saya baca disebuah ayat yang intinya Allah telah menyebarkan rejeki-rejeki didunia ini maka jemputlah nikmat tersebut karena sesungguhnya milik Dia. Perintah mengejar harta itu bukan berarti kita memakai cara instan seperti pesugihan, aliran mistis dan sebagainya. Kita sebagai hamba disuruh kerja keras dan giat untuk menjemput harta tersebut.

Diskusi Hangat....

Tidak ada komentar: