Jumat, 13 Februari 2015

Self Reminder : Mengingat Kematian

“Orang mukmin yang paling utama adalah orang yang paling baik akhlaknya. Orang mukmin yang paling cerdas adalah orang yang paling banyak mengingat kematian dan paling bagus persiapannya untuk menghadapi kematian. Mereka semua adalah orang-orang cerdas." (HR Tirmidzi)
                                         
Innalillahi wainnailahi rajiun............
Desember kemaring tepatnya tahun 2014, sahabat terdekat nadiya dipanggil ke rahmatullah. Sebut saja namanya Rieza. Sejujurnya dibenak nadiya sedikit pun tak ada kebayang kematian. Peristiwa kemarin menjadi peringatan khususnya bagi saya pribadi, kalau kematian tidak mengenal umur. Tak harus yang tua harus mendahului kita, tapi yang muda pun ada kesempatan untuk meninggalkan dunia selama-lamanya.

Masih ingat sekali sebelum sahabat nadiya pergi, kami makan siang bersama di Delta. Ini waktu terakhir kedua, kita ngobrol bareng yang panjang banget. Mulai cerita yang ga penting sampai cerita masa depan. Kita jalannya juga berdua, makan lalapan di Mall dekat kampus kami. Karena makanan yang kami berdua makan dikemas dalam pusat perbelanjaan jadi memang agak mahal. Bahkan Rieza sendiri bilang ke saya "Budhe ini terakhir yaa kita makan makanan yang mahal". Entah biasanya Rieza tidak pernah komplain bila kita makan enak yang harganya mahal. Mungkin itu tanda firasat yaa, itu makanan mahal yang terakhir kita makan.  Sedih kalau mengingat kamu sa.

Beberapa minggu kemudian Rieza sms saya mengajak mengambil surat di Asrama Papua Kalasan. Rieza yang belum berani naik motor, jadi apa-apa mesti minta bantuan nadiya. Okelah jawab saya, entah saya ga bisa menolak rasanya bila orang terdekat saya minta tolong. Insha Allah kita juga akan ditolong bila membantu sesama. Percayalah. Akhirnya kami pun berdua muter-muter ke jalan Kalasan. Sejujurnya saat masuk asrama saya agak takut, wajarlah penghuninya mungkin berbeda secara fisik ya dengan masyarakat jawa seperti kita, apalagi itu asrama khusus untuk laki-laki. Jadi pas masuk ada rasa was-was ya. Tapi Rieza mengingatkan ke saya, mereka orangnya baik-baik dan menghormati perempuan kok. Sedikit lega rasanya. Saat selesai berurusan dengan asrama Papua, akhirnya kita makan gado-gado yang rasanya kacau, hahaha. Ini acara makan terakhir saya dan Rieza. Allah, cepet sekali dikasih waktu kebersamaan kami. 

Saat acara makan kita ngobrol panjang juga, seperti perempuan lainnnya, selalu berandai-andai. Kita terheran-heran selalu bareng terus berdua, SMA bareng, Ekstrakulikuler bareng, Kuliah sekampus bareng, Magang bareng. Bahkan kita bermimpi nanti suatu hari kita bisa s2 bareng, bahkan kalau rumah tangga rumahnya sebelahan. Setelah acara makan kami selesai, kami kembali di kampus untuk sholat dhuhur di Nurza. Setelah itu, saya mengantar rieza ke A. Yani buat balik ke rumahnya, karena jemput adik di UINSA.

Beberapa bulan setelah itu saya dapat kabar Rieza masuk rumah sakit di Sidoarjo. Saya sendiri belum jenguk pas masuk RS Sidoarjo, karena belum berani motoran sampai sana. Rieza pun bilang, ga papa budhe ga usah ke sini. Setelah beberapa hari kemudian, Rieza bilang kalau sudah keluar dari RS. Keesokan harinya saya berniat mengajak dia ke salah satu acara seminar motivasi di perpus Sayangnya pas hari H, dia bilang ga bisa hadir, karena harus di rujuk lagi di RS Graha Amerta . Dia sempet bilang, RS Sidoarjo angkat tangan dan dikembalikan di RS depan kampus kami. Saat itu saya mulai terheran-heran dengan sakitnya, dia bilang trombositnya rendah. Saya pikir seperti demam berdarah yang trombositnya rendah. Ternyata bukan.

Lokasi RS Graha Amerta yang didepan kampus, saya akhirnya menjenguk di kamar 514. Saat itu dia masih sehat fisiknya. Tak ada tanda-tanda seperti orang sakit parah. Cuman dia bilang matanya kabur, saat transfusi sekujur tubuhnya bentol-bentol semua. Saya pun belum menyadari penyakitnya yang katanya trombositnya rendah.

Kesibukan Nadiya mengajukan proposal skripsi, sampai saya lupa dengan sahabat saya sendiri. Sampai tiba-tiba status BBM Rieza "Ini mamanya Rieza, Sekarang Dia Kritis Mohon Doanya dan Dimaafkan Seegala Kesalahan". Seketika itu saya masih baru bangun tidur, kaget dan shock berat, akhirnya saya sms Yessi untuk menemani di RS. Saat tiba disana, air mata ga bisa nahan lagi. Sahabat saya harus tidur dengan aneka selang yang menempel di mulutnya, sebagian selang infus terbujur dalam helaian tangannya yang lemas. Ya Rahman, sang ibundanya harus berkali-kali berbicara pada Nadiya untuk dimaafkan segala kesalahannya. Badan saya lemas, ada rasa menyesal mendalam ga jenguk lagi pas Rieza masi belum kritis.Disanalah saya dan papanya Rieza ngobrol panjang lebar, sejujurnya Rieza bukan kena penyakit trombosit yang rendah seperti layaknya orang-orang, melainkan terkena penyakit TRombisitopenia. selengkapnya bisa visit web berikut ini
http://www.sridianti.com/penyebab-trombosit-turun.html

Malam kesokan harinya saya ditelpon papanya untuk berbisik cerita ditelinganya dia, karena  menurut dokternya berbisik cerita pada orang yang koma bisa mengembalikan memorynya untuk bisa kembali sadar. Rieza dalam kondisi kritis masuk ruang HD Care, semacam ICU di GA. Nadiya mengajak teman SMA vemby, tita dan faniah. Kami berempat akhirnya membuat janji di Loby utama Graha Amerta jam 9, ternyata kami baru boleh jenguk jam 11. Akhirnya nunggu di cafe GA.

Jam 11 tepat akhirnya kita bisa masuk ke HD Care. Saat didalam kami diperbolehkan two by two person.Saat giliran saya dan vemby masuk, mulut rasanya tak bisa bersuara, tangisan deras pun menetes. Sahabat saya terbujur dalam keadaan kritis, tak sadarkan diri. Cerita demi cerita kita haturkan di pinggir mu. Suatu hari kita bisa wisuda syang, itu tutur ku, kamu harus bisa membahagiakan papa mama kamu. Tak terasa tangan Rieza reflek bergerak. Kata saudaranya Rieza bilang itu pertanda respon. Sayangnya ga bisa lama disana, pukul 1 Nadiya harus berangkat ke Jakarta. Itu pertemuan terakhir kita sayang.

Kesokan paginya, Nadiya dapat kabar dari SMS, Rieza harus dipanggil ke rahmatullah.
Berat rasanya tidak bisa menemani masa akhir mu sayang.
Kita bestis dj sangat kehilangan sahabat seperti mu sayang.
Kita kehilangan teman seperti mu.
Kita kehilangan adek seperti mu.
Kita kehilangan keceriaan kamu, yang mengajarkan kami semua tentang semangat mu.
Setiap insan manusia dilahirkan atas Allah, dan dikembalikan kembali atas sang pencipta.
Insha Allah, kita akan bersama di akhirat nanti.



Ini menjadi renungan buat Nadiya pribadi, jadi membayangkan bagaimana ketika Nadiya meninggal nanti. Kesan apa yaaa yang akan diingat oleh keluarga dan kerabat. Apa mereka akan merasa kehilangan? Apa bekal amal cukup? Semoga bisa husnul khotimah. Aamiin.





Tidak ada komentar: